Rabu, 05 Desember 2012

Teknik Radiografi Ossa.Pedis

1. Anatomi Os. Pedis
Terdiri atas 26 tulang, yaitu :14 phalanges, 5 os metatarsal dan 7 os Tarsi. Os tarsi terdiri atas os calcaneus,os talus, os navicular,3 os cuneiform, dan os cuboid. Berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi 3 yaitu :
  • Forefoot (metatarsal dan toes),
  • Midfoot (cuneiform, navicular, dan cuboid),
  • Hindfoot  (talus/astragalus, dan calcaneus(os calcis).
Tulang kaki dibentuk dan bersatu untuk membentuk kesatuan longitudinal dan arcus transversal. Bagian permukaan anterior (superior) kaki disebut dengan dorsum atau permukaan Dorsal, dan inferior(posterior) aspek dari kaki disebut permukaan plantar. Karena ketebalan yang beragam pada anatomi kaki, maka harus kita perhatikan pemberian faktor eksposi untuk dapat menunjukkan densitas keseluruhan bagian tulang kaki.
2. Definisi
Merupakan ilmu yang mempelajari tata cara pemeriksaan os. pedis (tulang kaki) dengan menggunakan sinar-x untuk menegakkan diagnosa.
3. Klinis
  • Fracture
  • Kelainan Patologis
  • Dislokasi
4. Persiapan Pemeriksaan
  1. Persiapan Pasien
    • Daerah yang diperiksa bebas dari benda logam
  2. Persiapan Alat/Bahan
    1. Pesawat sinar-x
    2. Kaset dan film 24 x 30 cm
    3. Load pembagi
    4. Marker
  3. Proteksi Radiasi
    1. Gonad shield
    2. Apron
    3. Batasi lapangan penyinaran
5. Teknik Pemeriksaan
  • Proyeksi AP/AP Axial
    • Posisi pasien : Pasien supine. Kaki difleksikan dan telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Telapak kaki menempel pada kaset. Kaset horizontal diatas meja pemeriksaan.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR :
      • 1) 10º (ke arah os calcaneus), CP: Metatarsal ke-3
      • 2) vertikal / tegak lurus kaset, CP: Metatarsal ke-3
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP dari ossa metatarsal, ossa phalanx, ossa tarsal.
  • Proyeksi AP Oblique (lateral rotation)
    • Posisi pasien :  Pasien supine. Kaki difleksikan, telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Kaki diendorotasikan membentuk sudut 30º terhadap kaset pada sisi lateral.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset
    • CP : Metatarsal ke-3
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP oblique pada daerah ossa phalanx, ossa metatarsal. Tampak persendian os cuneiform medial dan intermedial.
  • Proyeksi AP Oblique (median rotation)
    • Posisi pasien : Pasien supine. Kaki difleksikan, telapak kaki menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Kaki diendorotasikan membentuk sudut 30º terhadap kaset pada sisi medial.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset
    • CP : Metatarsal ke-3
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP oblique pada daerah ossa phalanx, ossa metatarsal. Tampak persendian os cuboideum dan os calcaneus serta daerah persendian os cuneiform lateral.
  • Proyeksi PA Oblique (Medial Rotation)
    • Posisi Pasien : Pasien lateral recumbent dengan lutut difleksikan.
    • Posisi Obyek : Atur dorsal pedis pada pertengahan kaset horizontal. Rotasikan kearah medial sehingga sisi lateral pedis membentuk sudut 45º terhadap kaset.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset
    • CP : Pertengahan kaki pada The base of Metatarsal V
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran PA Oblique pedis. Tampak persendian didaerah ossa tarsalia.
  • Proyeksi PA Oblique (Methode Grashey)
    • Posisi pasien : Pasien prone, punggung/dorsal pedis menghadap meja pemeriksaan.
    • Posisi obyek : Bagian dorsal pedis menghadap kaset, kaset horizontal diatas meja pemeriksaan.
      1. Diendorotasikan sehingga sisi medial membentuk sudut 30º terhadap kaset.
      2. Dieksorotasikan sehingga sisi lateral membentuk sudut 20º terhadap kaset.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset
    • CP : Pada The base of metatarsal III
    • Kriteria gambar :
      1. Tampak gambaran PA oblique pedis. Tampak persendian metatarsal I & II bebas dari superposisi, os cuneiform medialis bebas dari superposisi dan tampak os navicular.
      2. Tampak gambaran PA oblique pedis. Tampak corpus dari metatarsal III s/d V bebas dari superposisi. Tampak tuberositas metatarsal V dan os cuboideum.
  • Proyeksi Lateral (medio lateral)
    • Catatan : *proyeksi ini sering dilakukan karena relatif lebih nyaman untuk pasien
    • Posisi Pasien : Pasien supine / duduk diatas meja pemeriksaan. Kaki yang tidak diperiksa ditekuk ke belakang.
    • Posisi obyek : Atur pedis true lateral, sisi lateral pedis menempel pada kaset horizontal. Fleksikan pedis sehingga membentuk sudut 90º terhadap ossa cruris.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset
    • CP : Pada The base of Metatarsal III
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran lateral pedis dan daerah distal os tibia dan fibula.
  • Proyeksi Lateral (latero medial)
    • Posisi Pasien : Pasien supine / duduk diatas meja pemeriksaan. Kemudian untuk kenyamanan pasien, tubuh pasien diposiskan oblique (LPO/RPO).
    • Posisi obyek : Atur os pedis true lateral, sisi medial pedis menempel pada kaset horizontal. Fleksikan os pedis sehingga membentuk sudut 90º terhadap ossa cruris.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : Vertikal / tegak lurus kaset
    • CP : Pada The base of Metatarsal III
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran lateral (lateromedial) os pedis dan daerah distal os tibia dan fibula.
  • Proyeksi Lateral – (Lateromedial Methode Weight – Bearing)
    • Catatan : * Kaset diletakkan ditempat khusus untuk proyeksi metode weight bearing agar daerah longitudinal arch terproyeksi dalam film.
    • Posisi pasien : pasien diposisikan standing upright / berdiri tegak (erect pada bidang yang datar)
    • Posisi objek : kaset diletakkan diantara os.cruris dengan sisi depan kaset menghadap os.pedis yang akan difoto.
    • FFD : 90 -100 cm
    • CR : Horizontal, tegak lurus terhadap kaset
    • CP : Pada titik di atas the base of metatarsal III
    • Kriteria gambar : tampak gambaran lateromedial pedis dengan posisi weight-bearing, tampak struktur gambaran longitudinal arch os.pedis.
  • Proyeksi AP Axial (Methode Weight-Bearing)
    • Posisi Pasien : Pasien diposisikan standing-upright/berdiri tegak/erect.
    • Posisi Obyek : Letakkan kaset diatas lantai. Pasien berdiri diatas kaset. Letakkan marker sesuai dengan posisi kaki. Letakkan penggaris pengukur (skala) untuk mempermudah memposisikan kaki agar simetris.
    • FFD : 90 – 100 cm
    • CR : 10º / 15º kearah tumit
    • CP : pada The level of the base of Metatarsal III
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran AP Axial os pedis kanan dan kiri.
  • Proyeksi AP Axial (Weight Bearing Composite Methode)
Posterior Angulation 15° kearah tumit.
    • Posisi pasien : Pasien standing-upright/erect.
    • Posisi obyek : Salah satu pedis pasien diletakkan diatas kaset horisontal.
    • CR : 15° kearah tumit.
    • CP : The Base of Metatarsal III
    • Kriteria gambar : Tampak gambaran pedis AP Axial.
Anterior Angulation 25° kearah phalanx.
    • Posisi pasien : Pasien standing-upright /erect.
    • Posisi obyek : Salah satu pedis pasien diletakkan diatas kaset horisontal.
    • CR : 25° kearah phalanx.
    • CP : Permukaan posterior ankle.
    • Kriteria gambar: Tampak gambaran pedis AP Axial pada bagian posterior.

Gambaran Radiografi Thorax

1.      THORAX NORMAL
Gambaran radiologi (imaging) untuk foto polos pemeriksaan thorax tidak jauh berbeda dengan gambaran anatomi thorax manusia normal. Manusia harus sudah mempelajari secara seksama anatomi rongga thorax berikut organ-organ dalam rongga thorax serta vaskularisasinya. Sebelum mahasiswa mengenal berbagai penyakit paru jantung dan organ yang terlibat dalam rongga thorax, sudah seharusnya mahasiswa mempelajari gambaran radiologi thorax yang normal sehingga nantinya bila menjumpai kelainan yang berhubungan dengan thorax mahasiswa dapat mengidentifikasi dengan baik.
Gb. Normal Thorax
Pada foto thorax normal, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1)      Posisi
2)      Simetrisasi
3)      Inspirasi
4)      Kondisi

1)      Posisi

Foto thorax sedapat mungkin dalam posisi berdiri (erect), kecuali pada pasien anak dan pada pasien dengan keadaan umum yang buruk maka foto dapat dibuat dengan posisi supine. Arah sinar proyeksi dari posisi PA (Posteroanterior) yang merupakan standar untuk foto thorax atau AP untuk melihat kondisi tulang.
Untuk membedakan posisi erect dan supine :
·         Erect : dibawah hemidiafragma sinistra terdapat gambaran udara dalam fundus gaster, yang disebut megenbalase;
·         Supine : udara dalam gaster bergerak ke bawah, sehingga karena superposisi dengan organ intra abdomen, udara ini tidak terlihat;
·         Erect : proyeksi PA;
·         Supine : proyeksi AP;
·         Erect : skapula tidak menutupi lapangan paru;
·         Supine : skapula berada dalam lapangan paru;
·         Supine : gambaran vertebra tampak jelas sampai thorakal ke 12.
2)      Simetrisasi
Foto thorax dibuat dalam kondisi simetri, yaitu melalui bidang yang melewati garis median, yang ditarik melalui titik-titik prosesus spinosus. Disebut simetris bila bidang tersebut berjarak sama antara sendi aternoclavicula kanan-kiri.
3)      Inspirasi
Foto thorax harus dibuat dalam keadaan inspirasi maksimal, karena bila tidak maka akan tampak pada foto :
·         Ukuran jantung dan mediastinum meningkat;
·         Corakan bronkovaskular meningkat.
Bila inspirasi cukup, maka akan tampak diafragma setinggi rawan costa VI didepan atau setinggi VTh X dibagian belakang.
4)      Kondisi
Yaitu faktor yang menentukan kualitas sinar X pada saat exposure. Pada kondisi kurang, foto thorax akan terlihat putih/samar, pada kondisi cukup vertebra akan tampak seluruhnya mulai dari V CI s/d VTh IV dan kondisi keras akan terlihat sampai vertebra Thorakal XII.
Setelah hal-hal tersebut dievaluasi, kemudian dilakukan pembacaan foto, supaya tidak ada yang terlewatkan bisa dilakukan dari lateral ke medial atau sebaliknya dari superior ke inferior, dsb. Yang dinilai :
a)      Corakan bronkovaskular : normalnya semakin ke lateral semakin menghilang. Bila corakan makin tampak pada daerah lateral paru, berarti corakan bronkovaskular meningkat;
b)      Parenkin paru : normalnya tidak tampak gambaran kalsifikasi atau infiltrat dilapangan paru;
c)      Keadaan hilus;
d)      Sinus costofrenikus : normalnya sinus costrofrenikus kanan kiri lancip dan tidak tertutup apapun;
e)      Diafragma : normalnya diafragma kanan-kiri licin, berbentuk konkav kearah paru;
f)       Cor : dinilai ukuran dan bentuknya. Pada dewasa normalnya berbentuk seperti sepatu dan CTR (Cardio Thorasis Ratio) kurang dari 0,5.
Faktor-faktor penting yang lain dalam membaca sebuah foto : identitas, yaitu : nama pasien, umur, tanggal dan waktu baca, marker.
Contoh pembacaan Foto Thorax normal posisi :
Foto thorax PA, errect, simetris, inspirasi dan kondisi cukup
·         Tampak kedua apex paru tenang;
·         Tampak corakan bronkovaskuler dikedua lapangan paru normal;
·         Sinus costophrenicus kanan-kiri lancip;
·         Diafragma kanan-kiri licin;
·         Cor : CTR kurang dari 0,56.
Kesan : Paru dan cor dalam batas normal.