1.
THORAX NORMAL
Gambaran radiologi (imaging)
untuk foto polos pemeriksaan thorax tidak jauh berbeda dengan gambaran anatomi
thorax manusia normal. Manusia harus sudah mempelajari secara seksama anatomi
rongga thorax berikut organ-organ dalam rongga thorax serta vaskularisasinya.
Sebelum mahasiswa mengenal berbagai penyakit paru jantung dan organ yang
terlibat dalam rongga thorax, sudah seharusnya mahasiswa mempelajari gambaran
radiologi thorax yang normal sehingga nantinya bila menjumpai kelainan yang
berhubungan dengan thorax mahasiswa dapat mengidentifikasi dengan baik.
Gb. Normal
Thorax
Pada foto
thorax normal, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1)
Posisi
2)
Simetrisasi
3)
Inspirasi
4)
Kondisi
1) Posisi
Foto thorax sedapat mungkin dalam posisi berdiri (erect), kecuali pada pasien anak dan pada pasien
dengan keadaan umum yang buruk maka foto dapat dibuat dengan posisi supine. Arah sinar proyeksi dari posisi PA (Posteroanterior) yang
merupakan standar untuk foto thorax atau AP
untuk melihat kondisi tulang.
Untuk
membedakan posisi erect dan supine :
·
Erect : dibawah
hemidiafragma sinistra terdapat gambaran udara dalam fundus gaster, yang
disebut megenbalase;
·
Supine : udara
dalam gaster bergerak ke bawah, sehingga karena superposisi dengan organ intra
abdomen, udara ini tidak terlihat;
·
Erect : proyeksi
PA;
·
Supine : proyeksi
AP;
·
Erect : skapula
tidak menutupi lapangan paru;
·
Supine : skapula
berada dalam lapangan paru;
·
Supine : gambaran
vertebra tampak jelas sampai thorakal ke 12.
2)
Simetrisasi
Foto thorax dibuat dalam
kondisi simetri, yaitu melalui bidang yang melewati garis median, yang ditarik
melalui titik-titik prosesus spinosus. Disebut simetris bila bidang tersebut
berjarak sama antara sendi aternoclavicula kanan-kiri.
3) Inspirasi
Foto thorax harus dibuat dalam keadaan inspirasi
maksimal, karena bila tidak maka akan tampak pada foto :
·
Ukuran jantung
dan mediastinum meningkat;
·
Corakan
bronkovaskular meningkat.
Bila inspirasi cukup, maka akan tampak diafragma
setinggi rawan costa VI didepan atau setinggi VTh X dibagian belakang.
4) Kondisi
Yaitu faktor yang menentukan kualitas sinar X pada
saat exposure. Pada kondisi kurang,
foto thorax akan terlihat putih/samar, pada
kondisi cukup vertebra akan tampak seluruhnya mulai dari V CI s/d VTh IV
dan kondisi keras akan terlihat
sampai vertebra Thorakal XII.
Setelah hal-hal tersebut dievaluasi, kemudian
dilakukan pembacaan foto, supaya tidak ada yang terlewatkan bisa dilakukan dari
lateral ke medial atau sebaliknya dari superior ke inferior, dsb. Yang dinilai :
a)
Corakan bronkovaskular : normalnya semakin ke lateral semakin menghilang.
Bila corakan makin tampak pada daerah lateral paru, berarti corakan bronkovaskular
meningkat;
b)
Parenkin paru
: normalnya tidak tampak gambaran kalsifikasi atau infiltrat dilapangan paru;
c)
Keadaan hilus;
d)
Sinus costofrenikus : normalnya sinus costrofrenikus kanan kiri lancip dan tidak tertutup
apapun;
e)
Diafragma :
normalnya diafragma kanan-kiri licin, berbentuk konkav kearah paru;
f)
Cor :
dinilai ukuran dan bentuknya. Pada dewasa normalnya berbentuk seperti sepatu
dan CTR (Cardio Thorasis Ratio) kurang dari 0,5.
Faktor-faktor
penting yang lain dalam membaca sebuah foto : identitas, yaitu : nama pasien, umur, tanggal dan waktu baca, marker.
Contoh
pembacaan Foto Thorax normal posisi :
Foto thorax PA, errect, simetris,
inspirasi dan kondisi cukup
·
Tampak kedua apex
paru tenang;
·
Tampak corakan
bronkovaskuler dikedua lapangan paru normal;
·
Sinus costophrenicus
kanan-kiri lancip;
·
Diafragma
kanan-kiri licin;
·
Cor : CTR kurang
dari 0,56.
Kesan : Paru dan cor dalam batas normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar